Diagnosis Pembesaran Prostat Jinak (BPH) Serta Pengobatannya


Diagnosis Pembesaran Prostat Jinak (BPH) Serta Pengobatannya


Dalam mendiagnosis BPH atau pembengkakan prostat jinak, dokter akan menanyakan gejala yang dialami oleh penderita terlebih dahulu, misalnya:
  • Apakah aliran urine sering lemah atau tersendat-sendat?
  • Seberapa sering merasa berkemih namuntidak sepenuhnya tuntas?
  • Seberapa sering pasien mengejan untuk mulai berkemih?
  • Seberapa sering terbangun di maam hari untuk berkemih?
  • Apakah pasien berkemih lebih dari satu kali dalam kurun waktu 2 jam?
  • Apakah sering sulit menahan keinginan untuk mulai berkemih?

Untuk mengetahui ukuran kelenjar prostat secara fisik, dokter juga akan melakukan pemeriksaan colok dubur

Tes lebih lanjut

Beberapa tes lanjutan yang dapat dilakukan dalam mendiagnosis BPH, diantaranya??
  • Tes urine
  • Biopsi prostat
  • Tes darah
  • Tes kelancaran aliran urine
  • Tes neurologi
  • CT urogram
  • Pielografi intravena
  • USG transrektal atau USG melalui dubur
  • Sistoskopi

Pengobatan BPH

pengobatan BPH akan berbeda-beda untuk setiap penderitanya. Dokter biasanya akan memilih jenis penanganan yang paling sesuai berdasarkan beberapa faktor seperti:
  • Kondisi kesehatan penderita secara umum
  • Tingkat ketidaknyamanan yang dirasakan oleh penderita
  • Ukuran prostat
  • serta usia penderita

Penanganan BPH atau pembesaran prostat jinak ini dikelompokkan menjadi dua yaitu Penanganan BPH gejala ringan dan penanganan BPH gejala sedang hingga parah.

Pada penderita BPH ringan, umumnya dapat ditangani dengan obat-obatan, terapi menahan berkemih, serta perubahan gaya hidup.

Obat-Obatan

Obat untuk pembesaran prostat jinak yang sering digunakan adalah finasteride dan dutasteride. Sebab obat ini mampu menurunkan ukuran prostat dan meredakan gejala BPH dengan cara menghambat efek dari hormon dihidrotestosteron. Akan tetapi penggunaan kedua obat ini tidak boleh sembarangan dan harus melalui petunjuk dari dokter karena mempunyai efek samping yang cukup serius. Adapun beberapa efek sampingnya ialah turunnya kuantitas sperma, impotensi, serta risiko cacat bayi jika penderita menghamili perempuan saat sedang menjalani pengobatan dengan obat ini.

Selain itu, terdapat obat BPH lainnya yang juga sering digunakan yaitu golongan penghambat alfa, seperti tamsulosin dan alfuzosin. Obat penghambat ini biasanya dikombinasikan dengan finasteride. Obat ini mampu memperlancar laju urine dengan cara melemaskan otot-otot kandung kemih. Efek samping yang mungkin dapat terjadi adalah badan lemas, sakit kepala, juga turunnya kualitas sperma. Sementara efek samping yang lebih serius ialah berupa risiko terjadinya hipotensi atau bahkan pingsan.

Adapun selain obat-obatan diatas, dokter juga bisa meresepkan obat disfungsi ereksi, seperti tadalafil, untuk menangani kasus pembesaran prostat yang menyebabkan penderitanya mengalami disfungsi ereksi.

Terapi menahan kemih

Terapi menahan kemih ini akan dilakukan di bawah bimbingan medis. Pada terapi ini pasien akan diajarkan bagaimana cara menahan keinginan berkemih setidaknya dalam jeda waktu 2 jam antara tiap berkemih, termasuk juga akan diajarkan bagaimana cara mengatur pernapasan, mengalihkan pikiran ingin berkemih, serta relaksasi otot.

Perubahan gaya hidup

Perubahan pada gaya hidup yang dimaksud adalah dengan:
  • Mulai berolahraga dengan teratur. Seperti berjalan kaki setiap hari selama setenagah hingga  1 jam.
  • Mulai mengurangi atau berhenti mengkonsumsi minuman keras dan kafein.
  • Mencari jadwal minum obat yang tepat agar terhindar dari nokturia (meningkatnya frekuensi buang air kecil disepanjang malam).
  • Membiasakan diri untuk tidak minum apapun 2 jam sebelum waktu tidur agar terhindar nokturia.

Sementara dalam menangani BPH dengan tingkat gejala yang sedang hingga parah adalah dengan operasi, yaitu:
  • Reseksi prostat transuretral (TURP). Prosedur ini dibantu dengan alat yang disebut resektoskop dengan tujuan untuk menurunkan tekanan pada kandung kemih dengan cara menghilangkan kelebihan jaringan prostat. Efek samping dari TURP ialah pembengkakkan uretra. Untuk itu pasien yang menjalani TURP umumnya tidak akan bisa berkemih dengan normal selama 2 hari serta harus dibantu menggunakan kateter. Alat ini akan dilepas dokter saat kondisi uretra pulih kembali. Operasi TURP ini juga bisa menyebabkan komplikasi berupa ejakulasi retrograde yaitu sperma tidak akan mengalir melaluui penis melainkan masuk ke dalam kandung kemih.
  • Vaporisasi prostat transuretral (TUVP). Tujuan prosedur ini hampir sama denagn TURP. Namun pada TUVP, bagian prostat yang ditangani akan dihancurkan dan tidak dipotong. Apabila penghancuran jaringan prostat dalam prosedur TUVP dibantu dengan sinar laser, maka metode tersebut dinamakan photovaporization (PVP).
  • Transurethral microwave thermotherapy (TUMT). PAda prosedur ini dokter akan memasukkan alat yang dapat memancarkan gelombang mikro ke area prostat melalui uretra. Energi gelombang mikro dari alat tersebut akan menghancurkan bagian dalam dari kelenjar prostat yang membesar, sehingga mengecilkan ukuran prostat serta memperlancar aliran urine. Prosedur ini umumnya hanya dilakukan untuk BPH yang ukurannya tidak terlalu besar dan sifatnya hanya sementara, sehingga seringkali dibutuhkan TUMT ulangan.
  • Transurethral needle ablation (TUNA). Jarum-jarum akan ditancapkan oleh dokter pada kelenjar prostat pasien, ,lalu gelombang radio akan dialirkan pada jarum-jarum tersebut. Efeknya, jaringan prostat yang menghalangi urine akan memanas dan hancur. Tindakan ini juga hanya bersifat sementara sehingga dibutuhkan terapi ulangan.
  • Insisi prostat transuretral (TUIP). Prosedur ini juga menggunakan alat resektoskop, Akan tetapi pada TUIP, dokter akan memperluas saluran uretra agar urine bisa mengalir secara lancar dengan cara membuat irisan pada otot persimpangan antara kandung kemih dan prostat. Efek sampingnya alah pasien tidak dapat berkemih secara normal selama waktu tertentu yang juga harus dibantu dengan kateter. Adapun prosedur ini berisiko lebih rendah dalam menyebabkan ejakulasi retrograde.
  • Prostatektomi terbuka. Pada prosedur ini, dokter akan mengangkat prostat secara langsung melalui irisan yang dibuat pada perut. Awalnya prosedur ini dianggap sebagai prosedur paling efektif dalam mengobati kasusu BPH parah. Namun, dengan seiring munculnya metode lain, seperti operasi prostat transuretral, prostatektomi terbuka jarang lagi digunakan pada saat ini.
  • Holmium laser enucleation of the prostate (HoLEP). Tujuan dari prosedur ini sama seperti TURP, yaitu untuk menurunkan tekanan pada kandung kemih dengan cara menghilangkan kelebihan jaringan prostat. Pada HoLEP, jaringan prostat berlebih akan dihilangkan dengan sinar laser dari sebuah alat khusus yang dimasukkan melalui uretra.
  • Prostatic urethral lift implants. Tujuan pada prosedur ini adalah untuk meredakan gejala-gejala gangguan berkemih dengan cara mengganjal pembesaran prostat agar tidak menyumbat saluran uretra menggunakan sebuah implan kecil. Dibandingkan dengan TURP atau TUIP, risiko terjadinya efek samping berupa adanya gangguan fungsi seksual serta kerusakan jaringan dalam prosedur prostatic urethral lift implants terbilang lebih kecil.

Komplikasi BPH

Pembesaran prostat jinak (BPH) terkadang bisa mengarah pada komplikasi akibat ketidakmampuan kandung kemih dalam mengosongkan urin. Berikut ini merupakan beberapa komplikasi yang dapat timbul antara lain:
  • Penyakit batu kandung kemih
  • Infeksi saluran kemih.
  • Retensi urin akut atau ketidakmampuan berkemih.
  • Kerusakan kandung kemih serta ginjal.

Komplikasi-komplikasi ini bisa muncul jika pembesaran prostat jinak yang terjadi tidak diobati secara efektif.

Pencegahan BPH

Risiko BPH dapat dicegah melalui konsumsi makanan yang kaya akan serat dan protein, serta rendah lemak. Seperti kacang hijau, beras merah, brokoli, gandum, kubis, bayam, apel, lobak yang memiliki serat tinggi. Sementara ikan, telur, kacang kedelai, susu rendah lemak, dada ayam, dan keju merupakan makanan dengan kadar protein tinggi.

Demikianlah informasi yang bisa kami sampaikan mengenai diagnosis serta pengobatan pembesaran prostat jinak atau BPH. Semoga bisa bermanfaat untuk kesehatan prostat Anda. Terima kasih.

Diagnosis Pembesaran Prostat Jinak (BPH) Serta Pengobatannya Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Fani Sari Lustiany

0 comments:

Post a Comment